Beda Jalan, Sama Baik

Belakangan ini, banyak sekali remaja hingga dewasa muda yang pandai mengembangkan kreativitas dan usaha untuk memenuhi kebutuhan psikis serta finansial mereka masing-masing. Keuntungan psikis dan finansial yang mereka dapatkan tidak sekonyong-konyong didapatkan tanpa ada fase pengenalan diri. Kreativitas didapatkan dari pengenalan diri, dimana kemampuan (bakat) mulai dikenali, kemudian pemiliknya terus berusaha untuk mengasahnya. Namun, tidak banyak yang memahami hal tersebut. Beberapa orang langsung memukul rata bahwa mereka yang kreatif adalah orang dengan tingkat keberuntungan tinggi dan dilahirkan berbakat. Pernyataan itu umumnya tidak diungkapkan secara lisan, tetapi diharapkan atau tidak, pasti terbesit di benak beberapa orang tersebut, bahwa mereka adalah salah satu dari yang 'kurang beruntung'. Individu di usia remaja dan dewasa muda (rentang usia 18-29 tahun) yang akan menuju kedewasaan merasakan hal ini lebih sering karena salah satu faktor, yaitu Quarter Life Crisis

Menurut Safriyantini (2020), kondisi tersebut dalam psikologi disebut sebagai quarter life crisis atau krisis pada rentang usia 20-30an tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode ketika individu merasa cemas serta khawatir akan masa depan dan mulai mempertanyakan kembali tujuan hidupnya. Individu yang mengalami quarter life crisis umumnya belum memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah tersebut, sehingga individu akan merasa ragu terkait kemampuan diri mereka untuk melaluinya.

Perasaan yang didapatkan ketika seseorang mulai meninggalkan usia 17 tahun –umumnya dikatakan sebagai usia 'spesial' untuk sebagian orang –merupakan perasaan yang membahagiakan sekaligus meresahkan. Membahagiakan karena akhirnya sudah beranjak dewasa, menginjak usia legal, dan memiliki hak untuk memilih, menentukan, dan mempertanggungjawabkan pilihannya sendiri. Meresahkan karena tidak semua ketentuan dan keputusan yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan dengan mudah. Meresahkan karena berusia dewasa bukan berarti bisa berpikir sebaik dan sebijak orang dewasa. Meresahkan karena permasalahan dan tantangan yang datang bukan lagi berorientasi pada ‘kesenangan’, melainkan kesejahteraan dan ketenteraman dalam hidup. Kesejahteraan tidak bisa diraih dengan sekadar bersenang-senang karena orang yang sejahtera adalah orang yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri –finansial maupun non-finansial. Ketenteraman tidak selalu dimiliki orang yang sejahtara, tetapi orang yang sejahtera ‘sangat mungkin’ untuk hidup tenteram.

Saat ini, dunia sedang dilanda pandemi yang membatasi mobilitas dan kebebasan berekspresi untuk beberapa individu. Namun, sebagian sama sekali tidak merasa dibatasi, sebab hidup itu harus berani dan yakin. Batasan itu tidak terlihat oleh beberapa orang karena keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi atas kemampuannya sendiri. Itulah yang menjadi kekuatan dari orang-orang usia 20-30an saat ini yang mampu berdiri tegak dan memutuskan untuk memenuhi kebutuhan psikis dan finansialnya sendiri.

 

Sedikit cerita πŸ’¬πŸ‘€

 

Seorang sahabat yang saya kenal, merupakan seorang mahasiswi di salah satu universitas di negeri tirai bambu. Ia masih berusia 20 tahun, namun secara finansial dan psikis, ia hampir mendekati nilai sempurna. Bagaimana bisa? Ia belajar. Ia membaca beberapa tumpuk buku tentang bisnis dan pengembangan diri. Ia berani memilah dan menerapkan hal-hal yang ia dapatkan dari membaca. Bisnis yang dijalankan tidak ekslusif. Bisnisnya cukup sederhana, masih masuk di kantong seorang mahasiswi. Hebatnya, ia menjalankan lebih dari satu bisnis. Sederhananya, ia menjalankan bisnis kecil, namun lebih dari satu. Kalau kalian melihat sosoknya, ia lembut, dan tenang, tetapi setiap kata yang ia keluarkan dan setiap hal yang ia lakukan tidak pernah melenceng dari sasaran. Semuanya akurat, disampaikan dengan jelas, dan tegas. Auranya begitu kuat bagi saya –terlalu kuat hingga membuat saya merasa rendah dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia. Saya tidak lebih dari seorang yang banyak berpikir dan takut melakukan, sedangkan dia selalu cerdas dalam berpikir dan sangat percaya diri dalam setiap langkah yang ia ambil. Saya pikir, kami sepasang sahabat yang sempurna dimana ia adalah positif dan saya negatifnya. Hahaha… jujur saja, pasti ada seseorang yang membuat kamu merasa seperti itu, kan?πŸ˜‚

Tapi, setiap saya merasa rendah ketika bersama dia, saya pikir-pikir lagi –mungkin saya kurang baik dalam berbisnis dan mengambil keputusan dengan cerdas dan cepat, tapi saya tidak kurang baik dalam mengembangkan diri. Ia boleh mengembangkan dirinya dengan cara membaca, bergelut di dunia bisnis, memasak, dan menguasai bahasa asing yang saya tidak kuasai, tapi saya juga boleh mengembangkan diri dengan cara belajar, mengajar, berorganisasi, menulis cerita, dan menulis artikel tanpa ‘fee’ seperti sekarang ini. Sama saja, kan? Ia berkembang, pun saya. Kami berdua sama-sama berkembang, tapi cara dan bidangnya berbeda. Jadi, kalau kamu saat ini hanya seorang mahasiswa dengan kerja sampingan paruh waktu, seorang mahasiswa dengan agenda rapat organisasi, seorang mahasiswa dengan hobi menari, melukis, membuat video, bermain alat musik, atau hanya sekadar mahasiswa yang berusaha keras untuk mencari program sukarela demi mengembangkan diri –kalian hebat! Apapun yang menjadi bagian dari kegiatan kalian sekarang, selama kegiatan itu positif, menghasilkan uang atau tidak –tetap sama baiknya. Jangan takut untuk menerima kemampuan diri sendiri. Tidak menghasilkan uang sekarang, bukan berarti tidak menghasilkan uang nanti. Tidak menghasilkan karya sekarang, bukan berarti tidak menghasilkan karya nanti. Tidak sukses sekarang, bukan berarti tidak sukses nanti. Eits… asalkan pengenalan dan pengembangan dirinya sudah harus diketahui dan diasah mulai sekarang, ya.. BUKAN NANTI. 😑

Jangan lagi merasa rendah dan tidak lebih dari orang lain karena semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua orang memiliki jalan dan waktu yang berbeda. Berhasil besok bukan berarti terlambat. Seperti yang dikatakan oleh Earth 2’s Barry Allen di Serial Televisi, The Flash Season 6: “life is a marathon, not a sprint. Slow down and enjoy it”. Jadi, jangan terburu-buru lagi, ya! Garis waktumu ada sendiri πŸ˜Š. Kalau masih kurang termotivasi, ada lagi, nih, kutipan dari Detective Joe West di Serial Televisi, The Flash Season 6: “no person is immune to fear and doubt, no matter how brave. That’s what makes you a human. It’s the courage to move forward and even in the phase of overwhelming haunts, that’s what makes you a hero.” Quarter Life Crisis memang membuat gelisah dan terkadang terlalu menakutkan untuk dilewati. Tapi, badai pasti berlalu, tanah menjadi segar setelah hujan, dan langit kembali cerah setelah mendung. Iya, kan? Pesan terakhirku, terus lakukan hal yang membuatmu senang dan berkembang, tidak perlu yang dapat menghasilkan uang, sebab pada fase ini, mencari jati diri adalah hal yang lumrah untuk dilakukan. Tetap yakin dan percaya bahwa kamu memiliki kelebihan yang orang lain tidak punya. Jangan cepat lelah dan jangan menyerah untuk mencarinya, ya! Semoga berhasil!

 

Sumber:

Safriyantini, S. 2020. Quarter Life Crisis, Bikin Galau Kalangan Twenties. Artikel Online. https://gensindo.sindonews.com/read/14425/700/quarter-life-crisis-bikingalau-kalangan-twenties-1588370713 [Diakses pada 21 Juli 2021].

    

Nb.

Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi.

Baca juga artikelku tentang Manusia dan Zona Waktu, ya!

 

Terima kasih sudah membaca di lapetrichor.blogspot.com πŸ’œ

 

Komentar

  1. Terimakasih karna tulisanmu bawa tenang khususnya di tengah quarter life crisis ini, disini sepertinya kamu pun mengalami hal yang sama. Jadi, seperti dalam tulisanmu, aku ingin bilang, kamu pun hebat! gudluck untuk apapun yang saat ini dan akan kamu hadapi kedepannya ya!🀍

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca!

Postingan Populer